MENULIS BISA SEMUDAH BERNAPAS, BISA JUGA TIDAK
MENULIS BISA SEMUDAH BERNAFAS, BISA JUGA TIDAK
Guru SMP Negeri 4 Nubatukan – Kab. Lembata
Bernapas
tentunya merupakan suatu hal yang tidak direncanakan. Sifatnya adalah refleks
dan otomatis. Ketika orang tersebut tidak bernapas maka tentunya hanya akan
berlaku pada orang-orang yang tak bernyawa lagi. Bernafas itu merupakan hal
yang sangan mudah karena selalu dilakukan dalam kondisi apapun. Bernapas itu
dikatakan sulit bilamana orang tersebut dalam kondisi sesak nafas (Cahyadi Takariawan)
Ketika
dikaitkan dengan menulis maka ada keterkaitan. Menulis itu dikatakan mudah
apabila memiliki tiga aspek. Yang pertama waktu (kapan kita mempunyai waktu
yang tepat untuk menulis), kedua peralatan yang memadai (alat apa yang dapat
kita gunakan untuk menulis misalnya Komputer, Laptop ataupun Android), ketiga
tempat (Dimana tempat yang tepat untuk kita menulis, sehingga ketika kita
melihat tempat itu maka ada sedikit birahi untuk mencoret satu atau dua kalimat).
Itulah tiga tips yang menjadikan orang dapat menulis sehingga bisa dikatakan
menulis semudah bernapas (Cahyadi
Takariawan).
Sebagai
seorang guru tentunya dituntut wajib hukumnya untuk menulis. Hal ini selalu
dikompayekan dalam rangka urusan kenaikan pangkat bagi guru yang notabenenya
PNS. Karena merujuk pada MENPANRB Nomor 16 Tahun 2009 tanggal 10 Nopember 2009
tentang kenaikan pankat bagi para guru. Menurut peraturan perundang-undangan
yang lainnya tugas pokok sebenarnya adalah antara lain yang tidak kala pentingnya
yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis dan melakukan tindak
lanjut.
Profesi
guru adalah suatu profesi yang sangat mulia. Hal sangat dirasakan ketika kita
menjadi guru di daerah pedesaan ataupun di daerah 3T (Terluar, Terdepan dan
Tertinggal). Segala macam urusan pasti akan melibatkan guru dan selalu berada pada
posisi-posisi penting yang akan ditempati oleh seorang guru misalnya dalam
organisasi kemasyarakatan. Karena pemahaman masyarakat desa ataupun di daerah
3T bahwa yang namanya guru sudah tentu tahu semuanya, sekalipun pribadinya
tidak mampu dalam bidang-bidang tertentu. Nikmatnya menjadi guru di daerah
pedesaan ataupun 3T dengan masa pengabdian yang cukup lama tentunya memiliki
sedikit lahan untuk berkebun. Ketika seorang guru yang terlahir dari orang tua bermata
pencaharian petani tulen pasti akan menggeluti semua profesi. Profesi utamanya
adalah seorang guru sedang berkebun,
memelihara ternak akan menjadi profesi tambahan. Hal ini sebagai
penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan dalam keluarga.
Dengan
segala kesibukan tersebut (profesi tambahan, tenaga dan pikirannya selalu
dipakai di masyarakat sebagai wujud pengabdiannya di masyarakat dan lain
sebagainya) guru-guru dipedesaan ataupun 3T BUKAN tidak bisa menulis. Berbeda dengan dengan guru-guru yang
hanya mempunyai profesi tunggal yaitu sebagai guru pasti memiliki waktu luang
yang banyak dalam menggeluti dunia tulis menulis. Disinilah letak sedikit
perbedaan dari sisi MUDAH atau GAMPANG dalam menulis sebagaimana tips
menulis semudah bernafas di atas.
Semua
guru itu sesungguhnya bisa menulis namun tulisannya tidak masuk dalam kategori
penulisan ilmiah. Apa lagi guru-guru yang pernah menjadi guru kita ketika masih
dibangku sekolah dan sekarang sama menjadi guru alias guru tua. Guru-guru
tersebut sesungguhnya sudah menulis ketika kita masih menjadi siswanya. Sebagai
contoh dalam dalam penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) atau
Proses Pembelajaran. Ternyata semua guru bisa melaksankannya sesuai dengan
tuntutan perundang-undangan yang berlaku. Itulah realita yang ditemukan
dilapangan terhadap guru-guru senior. Namun dalam merangkai dan membuat suatu
tulisan menjadi tulisan ilmiah salah satu contohnya adalah Penelitian Tidakan
Kelas (PTK) sangat membutuhan sentuhan atau pendampingan. Karena tahapan proses
pembelajaran selalu dilakukan oleh
seorang guru ketika dia menjadi guru.
Dalam
suatu lembaga (Sekolah) tentu memiliki aset berupa guru-guru hebat yang mampu dalam
bidang tersebut. Ketika ILMU tersebut
tidak ditular melalui pendampingan ataupun bimbingan maka guru-guru dalam
lembaga tersebut akan merasa bahwa MENULIS
TIDAK SEMUDAH BERNAPAS dan boleh dikatakan azas manfaat ilmu tersebut tidak
tersalurkan. Untuk itu maka “Bertobat Tidak Perlu Menunggu Dosa”. sepenggal
kalimat dari ceramahnya seorang Da’i kondang Zainudin MZ.
Satu Slogan yang sering kita dengar Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat merupakan ilmu dasar yang diperkenalkan semenjak dari usia sekolah dasar. Slogan ini merupakan perwujudan luhur dari cita-cita hidup berbangsa dan bernegara. Namun dalam perjalan sangatlah sulit untuk memetakkan yang namanya rakyat (Opini; Dwi Sakti Nugroho. 2009). Dari Lembaga, Oleh Lembaga dan Untuk Lembaga, Bukan dari Lembaga Untuk Diri Sendiri.

Kembangkan terus
BalasHapusKembangkan terus
BalasHapus